Jika perasaan adalah urusan hati, tapi komentar adalah soal ucapan. Usai MU kalah 1-2 di kandang FC Midtjylland – Anda tahu bagaimana cara melafalkannya? – tadi malam (18/2), kicauan-kicauan di media sosial twitter sudah bisa ditebak: bukan beragam, melainkan satu ragam saja.
Jika perasaan adalah urusan hati, tapi komentar adalah soal ucapan. Usai MU kalah 1-2 di kandang FC Midtjylland – Anda tahu bagaimana cara melafalkannya? – tadi malam (18/2), kicauan-kicauan di media sosial twitter sudah bisa ditebak: bukan beragam, melainkan satu ragam saja.
"Memalukan!". "Bahkan lebih buruk daripada anak umur 12 tahun!". "Sebaiknya Van Gaal membereskan mejanya, dan menyumbang gajinya untuk amal." -- kira-kira ragam seperti itulah, di antara kicauan frustrasi di bawah ini, dari fans yang diduga keras fans mereka sendiri:
Data yang satu ini juga sudah pernah ditampilkan sebelumnya – tapi sepertinya masih relevan untuk di-update lagi – bahwa statistik Moyes waktu sebelum Van Gaal datang, tidak lebih buruk daripada yang kemudian mengisi tempatnya itu.
Selama satu musim kurang empat pekan (2013/2014), Moyes 51 kali berada di bench MU dengan hasil 27 kali menang, 9 kali seri, 15 kali kalah. Tingkat kemenangan dia adalah 52,9% , tingkat raihan poinnya adalah 58,8%.
Van Gaal? Sudah 83 pertandingan dilewati orang Belanda ini, dan tingkat kemenangan yang dia peroleh adalah 49,4%, sedangkan tingkat raihan poinnya adalah 58,2%.
Siapa yang lebih baik? Van Gaal dong. Buktinya, di musim lalu dia membawa MU finis di peringkat keempat di liga, dan musim ini pun masih tak jauh dari zona itu. Moyes? Di tangan dia Red Devils terpancang di urutan ketujuh, pertama kalinya finis di luar posisi tiga besar dalam sejarah mereka di Premier League, dan untuk pertama kalinya sejak 1995 tidak lolos Liga Champions. Moyes sudah membuat dosa besar kepada MU, bukan?
Bagaimana dengan Van Gaal, karena dia masih punya 14 sisa pertandingan untuk memberi sedikit pencerahan tentang nasibnya di Old Trafford nanti: dipertahankan, dipecat, atau dipecat lebih cepat (sebelum musim ini selesai)?
Sementara itu, jika ini adalah game Football Manager, para pemain MU seperti sudah dalam kondisi "low morale" semuanya. Untuk mengatrol lagi bukan perkara mudah. Ibaratnya, makin hari kaki semakin berat untuk melangkah, jika kemenangan sulit digapai, menang tapi main buruk pun masih dicerca.
Sangat mungkin, sekembalinya dari Denmark hari ini, ketegangan itu tak lekas lenyap dari benak para pemain MU. Sebab, pada hari Minggu (23/2) lusa MU akan bertanding di Piala FA melawan tim yang namanya lebih mudah diucapkan ketimbang Midtjylland -- tapi kalau sampai kalah, efeknya bisa lebih parah, karena dia berasal dari Divisi Tiga: Shrewsbury Town F.C.
Atas nama bukan penggemar MU, Van Gaal tidak bisa terus membeginikan MU."Memalukan!". "Bahkan lebih buruk daripada anak umur 12 tahun!". "Sebaiknya Van Gaal membereskan mejanya, dan menyumbang gajinya untuk amal." -- kira-kira ragam seperti itulah, di antara kicauan frustrasi di bawah ini, dari fans yang diduga keras fans mereka sendiri:
Data yang satu ini juga sudah pernah ditampilkan sebelumnya – tapi sepertinya masih relevan untuk di-update lagi – bahwa statistik Moyes waktu sebelum Van Gaal datang, tidak lebih buruk daripada yang kemudian mengisi tempatnya itu.
Selama satu musim kurang empat pekan (2013/2014), Moyes 51 kali berada di bench MU dengan hasil 27 kali menang, 9 kali seri, 15 kali kalah. Tingkat kemenangan dia adalah 52,9% , tingkat raihan poinnya adalah 58,8%.
Van Gaal? Sudah 83 pertandingan dilewati orang Belanda ini, dan tingkat kemenangan yang dia peroleh adalah 49,4%, sedangkan tingkat raihan poinnya adalah 58,2%.
Siapa yang lebih baik? Van Gaal dong. Buktinya, di musim lalu dia membawa MU finis di peringkat keempat di liga, dan musim ini pun masih tak jauh dari zona itu. Moyes? Di tangan dia Red Devils terpancang di urutan ketujuh, pertama kalinya finis di luar posisi tiga besar dalam sejarah mereka di Premier League, dan untuk pertama kalinya sejak 1995 tidak lolos Liga Champions. Moyes sudah membuat dosa besar kepada MU, bukan?
Bagaimana dengan Van Gaal, karena dia masih punya 14 sisa pertandingan untuk memberi sedikit pencerahan tentang nasibnya di Old Trafford nanti: dipertahankan, dipecat, atau dipecat lebih cepat (sebelum musim ini selesai)?
Sementara itu, jika ini adalah game Football Manager, para pemain MU seperti sudah dalam kondisi "low morale" semuanya. Untuk mengatrol lagi bukan perkara mudah. Ibaratnya, makin hari kaki semakin berat untuk melangkah, jika kemenangan sulit digapai, menang tapi main buruk pun masih dicerca.
Sangat mungkin, sekembalinya dari Denmark hari ini, ketegangan itu tak lekas lenyap dari benak para pemain MU. Sebab, pada hari Minggu (23/2) lusa MU akan bertanding di Piala FA melawan tim yang namanya lebih mudah diucapkan ketimbang Midtjylland -- tapi kalau sampai kalah, efeknya bisa lebih parah, karena dia berasal dari Divisi Tiga: Shrewsbury Town F.C.
Atas nama bukan penggemar MU, Van Gaal tidak bisa terus membeginikan MU.