Jalan
menanjak dan berkelok-kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan
lembah yang indah bak lukisan alam, akan mengantarkan Anda ke Sebuah
hutan Wisata di kota Malino. Kawasan wisata Malino terletak di Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Malino berada 90 km di sebelah timur
kota Makassar. Jalanannya beraspal halus, berliku dan mendaki menyusuri
kaki Gunung Bawakaraeng,Dari Makassar waktu tempuh ke Malino adalah
sekitar 2 jam dengan naik kendaraan.
Kawasan
Hutan Wisata Malino merupakan salah satu objek wisata alam yang luar
biasa indah dengan panorama alam yang menakjubkan. Dataran tinggi Malino
memiliki ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut yang ditumbuhi
oleh deretan pohon pinus yang rimbun dan kokoh. Karena kesegaran udara
dan pemandangannya yang cantik ini, Malino ramai dikunjungi oleh
wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Anda yang juga ingin berkunjung
ke Malino jangan lupa untuk membawa baju hangat karena udara di kawasan
ini tergolong dingin.
Jika
Hutan Wisata Malino dilihat dari udara maka akan tampak aliran Sungai
Jeneberang yang mengalir dari Gunung Bawakaraeng menuju Makassar. Tampak
pula aliran sungai yang melebar menjadi seperti genangan air yang luas.
Itu tidak lain adalah Bendungan Bili-bili. Bendungan ini tampak
bersebelahan jalanan berliku yang tadi dilewati. Rute perjalanan hanya
ada satu poros jalan yaitu dari Makassar menuju ke Malino hingga ke arah
Sinjai. Di Malino Anda dapat melihat keindahan alam yang masih alami
dengan berbagai macam pepohonan, bunga-bungaan, dan sayuran yang segar
menghijau.
Hutan
wisata Malino, walaupun belum terkenal di luar daerah sulawesi selatan
namun Malino sangat potensial menjadi kawasan wisata unggulan nusantara.
Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat setempat mengenalnya dengan
nama kampung ‘Lapparak’. Laparrak dalam bahasa Makassar berarti datar,
yang berarti pula hanya di tempat itulah yang merupakan daerah datar,
diantara gunung-gunung yang berdiri kokoh.
Di
sekitar Hutan Wisata Malino juga terdapat beberapa air terjun yang bisa
Anda kunjungi. Untuk mencapai air terjun ini Anda bisa menyewa kuda
yang banyak disewakan oleh penduduk setempat. Ada pula beberapa hotel
dan vila yang bisa Anda sewa jika ingin melihat keindahan tempat wisata
ini lebih lama lagi. Tak jauh dari hutan wisata Malino. Terdapat pasar
wisata Malino. Disini dijual beraneka rupa produk hasil Malino,
sayur-mayur, buah-buahan dan yang terkenal tenteng kacang dan tenteng
markisa Malino, adapun handycraft yang bisa dibawah pulang adalah
kembang Edelweys yang diambil langsung dari puncak gunung Bawakaraeng.
Dan sekarang sudah dijual dipasar ini baju kaos yang bercorak khas
Malino hasil kreasi dari anak-anak muda kreatif Malino.
Di
pinggir kota Malino, di Jalan Pendidikan di antara deretan pepohonan
pinus Taman Wisata Alam Malino, terbuka areal seluas satu hektar. Di
areal ini biasa digunakan oleh Parabus Malino Adventure Tour and Outbond
untuk menyelenggarakan kegiatan outbond. Umumnya pesertanya berasal
dari kalangan karyawan perusahaan dalam rangka membangun semangat kerja
atau pun kepemimpinan yang dikemas dalam bentuk permainan tematik yang
lucu dan menantang. Dan terbuka pula untuk kalangan lainnya dengan
sistem pemesanan dalam rombongan wisata. Kalau Bandung terkenal dengan
julukan “Kota kembang”, maka Malino dapat disebut sebagai “Kota Bunga di
Sulawesi Selatan”. Julukan ini muncul karena banyak species bunga yang
tumbuh di Malino. Hasil penelitian Gerard Van Went Gerard (2007) dari
lembaga penelitian asal Belanda pada “Programme Uitzending Managers”
(PUM), menyatakan bahwa sekitar 60% bunga yang tumbuh di Belanda juga
terdapat di kawasan Malino dan sekitarnya. Bunga yang terkenal di
antaranya adalah anggrek dan eidelwis yang banyak dijajakan pedagang
kaki lima di Malino. Di daerah Kanreapia, sekitar 8 km ke arah timur
kota Malino, kebun-kebun hortikultura milik warga setempat berjajar rapi
jalur-jalur tanaman wortel, tomat, kentang, kubis, vetsai, bawang dan
sebagainya.