10 Tempat Wisata di Jawa Barat yang Pantas Dikunjungi

pantai ujung genteng
Jawa Barat adalah provinsi yang paling dekat dengan DKI Jakarta. Jawa Barat sering kali menjadi pilihan liburan akhir pekan penduduk DKI Jakarta karena dekat dan mudah dicapai. Ada banyak sekali tempat wisata di Jawa Barat, namun tempat wisata di Jawa Barat yang manakah yang pantas dikunjungi?

Berikut adalah 10 tempat wisata di Jawa Barat yang pantas dikunjungi:

1. Pantai Pelabuhan Ratu

pantai pelabuhan ratu
pantai pelabuhan ratu
Terletak di pesisir selatan Jawa Barat, Pantai Pelabuhan Ratu populer dengan pantainya yang memiliki karakteristik ombak yang besar dan kuat,
sangat cocok untuk berselancar. Di Pantai Pelabuhan Ratu terdapat fasilitas hotel, dari yang besar dan mewah hingga yang kecil dan murah. Sepanjang pantai anda dapat menemukan banyak restoran hidangan laut. Masyarakat setempat juga memiliki kepercayaan akan Ratu Kidul, sang penguasa laut selatan.

2. Curug Cikaso

curug cikaso
curug cikaso
Curug Cikaso adalah air terjun besar dan indah yang terletak di Sukabumi. Curug Cikaso memilki 3 air terjun yang saling berdampingan dengan ketinggian sekitar 80 meter dan lebar tebing sekitar 100 meter. Apabila matahari bersinar cerah, ada kemungkinan anda dapat melihat pelangi kecil di air terjun ini. Lokasi wisata air terjun Curug Cikaso berada dekat dengan Pantai Ujung Genteng.

3. Taman Wisata Mekarsari

taman wisata mekarsari
taman wisata mekarsari
Taman Wisata Mekarsari yang berlokasi di Bogor, adalah salah satu pusat pelestarian buah tropis terbesar di dunia dengan luas 264 hektar. Selain sebagai tempat penelitian dan budi daya bibit unggul, tempat ini juga merupakan tempat wisata di Jawa Barat yang cocok untuk segala usia. Selain memiliki koleksi tanaman yang sangat lengkap, Taman Wisata Mekarsari juga dapat menjadi sarana edukasi yang cocok bagi anak-anak, tempat piknik keluarga, wisata kebun buah, wisata kebun sayur, dan acara perusahaan.

4. Taman Bunga Nusantara

taman bunga nusantara
taman bunga nusantara
Taman Bunga Nusantara yang berjarak 2 jam dari DKI Jakarta adalah sebuah taman bunga seluas 23 hektar. Di sini, selain ribuan jenis bunga, terdapat pula fasilitas hiburan yang sangat cocok untuk keluarga seperti wahana alam imajinasi, teater mini, danau angsa, taman labirin, air mancur musikal, karpet bunga, taman mawar, dan lain-lain. Taman Bunga Nusantara juga memiliki tempat piknik untuk anda berpiknik bersama keluarga, dan menara pandang yang berfungsi untuk melihat keindahan taman secara keseluruhan.

5. Goa Buniayu

goa buniayu
goa buniayu
Goa Buniayu berlokasi di Sukabumi, sekitar 5 jam perjalanan dari DKI Jakarta. Kegiatan wisata petualangan goa memang belum terlalu populer, namun bagi mereka yang menyukai petualangan, goa ini sangatlah cocok. Di goa ini anda akan melihat stalakmit dan stalaktik yang indah, namun sebelumnya anda harus menuruni goa vertikal dan melewati kegelapan abadi. Di dalam goa ini juga terdapat hewan yang tidak dapat anda temui di permukaan bumi. Untuk menyelesaikan tantangan ini, anda diharuskan mempunyai kondisi badan yang fit dan beristirahat yang cukup karena menelusuri goa adalah kegiatan yang sangat melelahkan dan seru.

6. Pantai Pangandaran

pantai pangandaran
pantai pangandaran
Pantai Pangandaran yang terletak di sebelah tenggara Jawa Barat ini pernah dinobatkan sebagai pantai terbaik di Provinsi Jawa Barat. Keistimewaan pantai ini adalah anda dapat menikmati matahari terbit dan matahari terbenam di satu pantai, pasir putih yang halus, air yang jernih dan bersih, serta kelengkapan sarana wisata. Pantai Pangandaran sangatlah terkenal sehingga pada masa liburan akan dipadati dengan wisatawan dari berbagai daerah, hingga menyebabkan semua penginapan di Pantai Pangandaran penuh, bahkan tidak sedikit yang mendirikan tenda di pantai karena tidak mendapatkan penginapan.

7. Green Canyon

green canyon
green canyon
Dengan pepohonan yang rindang, tebing yang hijau, sungai yang jernih, dan goa yang dipenuhi stalakmit dan stalaktit yang indah, Green Canyon adalah tempat wisata di Jawa Barat bagian selatan yang paling populer. Anda dapat menikmati keindahan Green Canyon dengan berbagai cara, bisa dengan menggunakan perahu tempel, perahu kayuh, atau dengan badan anda. Untuk mencapai Green Canyon memang memakan waktu cukup lama, sekitar 9 jam perjalanan dari DKI Jakarta, namun anda tidak akan menyesal setelah menikmati keindahan Green Canyon yang luar biasa.

8. Arung Jeram Sungai Citarik

arung jeram citarik
arung jeram citarik
Sungai Citarik yang berlokasi di Sukabumi adalah salah satu tempat wisata di Jawa Barat yang paling populer karena Sungai Citarik sangat cocok untuk kegiatan arung jeram. Arung jeram Citarik adalah arung jeram yang paling terkenal bagi penduduk DKI Jakarta sejak lama. Sungai Citarik tidaklah dalam, namun memiliki banyak batu sehingga anda akan mendapatkan tantangan tersendiri untuk melewati batu-batu tersebut dan menaklukan Sungai Citarik. Arus air Sungai CItarik relatif tidak terlalu deras sehingga sangat cocok bagi siapapun, termasuk yang belum pernah bermain arung jeram sebelumnya. Sungai Citarik cenderung dipadati pecinta kegiatan luar ruangan pada saat akhir pekan.

9. Arung Jeram Sungai Cicatih

arung jeram cicatih
arung jeram cicatih
Sungai Cicatih adalah alternatif permainan arung jeram di Sukabumi yang cukup populer. Dengan arus airnya yang deras dan kedalaman sungai yang lumayan dalam, sungai ini memiliki tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi dari Sungai Citarik namun tetap aman bagi siapapun, termasuk mereka yang tidak bisa berenang. Saya sendiri lebih menyukai arung jeram Cicatih dari pada arung jeram Citarik karena lebih seru dan menantang.

10. Pantai Ujung Genteng

pantai ujung genteng
pantai ujung genteng
Pantai Ujung Genteng yang terletak di Sukabumi berjarak sekitar 200 kilometer dari DKI Jakarta. Hal terunik dari Pantai Ujung Genteng adalah anda dapat menikmati matahari terbit, dan matahari terbenam sekaligus di satu lokasi. Pantai Ujung Genteng adalah lokasi yang cocok untuk berselancar karena karakteristik ombak pantai selatan yang besar dan kuat. Pantai ini juga disukai oleh penyu, banyak penyu yang datang ke pantai ini sehingga anda dapat melihat penyu di sini. Pada bulan Agustus, banyak penyu yang bertelur di pantai ini.
Tempat wisata di Jawa Barat sangatlah banyak, apabila anda memiliki kesempatan untuk mengunjunginya maka tidak ada salahnya dicoba. Menghabiskan waktu luang atau liburan tidak harus jauh hingga pergi ke luar negeri, namun juga dapat kita nikmati di lokasi yang dekat dari DKI Jakarta. Tempat wisata di Jawa Barat tidak kalah bagus dengan tempat wisata di luar negeri!
Candi Cangkuang termasuk ke dalam wilayah Kampung Ciakar, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles. Secara geografis beradapada koordinat 7º 06’ 067” LS 107º 55’168”. Untuk mencapai Candi Cangkuang bisa naik bus atau elf jurusan Bandung-Garut, berhenti di alun-laun Leles, kemudian dilanjutkan dengan naik delman atau ojeg, atau berjalan kaki sejauh 3 Km.
Candi Cangkuang terletak di puncak bukit kecil di Pulau Panjang yang dikelilingi danau “Situ” Cangkuang, namun karena adanya pendangkalan pada sebagian danau maka salah satu sisinya menyatu dengan tanah di sekitar. Selain candi, ditemukan pula makam Arif Muhammad yang letaknya berdampingan dengan candi dan masih di areal Pulo Panjang ini terdapat pemukiman masyarakat adat Pulo.    
Nama Candi Cangkuang diambil dari nama Desa Cangkuang tempat dimana candi tersebut ditemukan, namun ada yang berpendapat bahwa Cangkuang adalah nama tumbuhan/pohon Cangkuang yang banyak tumbuh di kawasan tersebut. Candi Cangkuang ditemukan kembali pada tanggal 9 Desember 1966 berkat usaha penelusuran oleh ahli purbakala Drs. Uka Tjandrasasmita terhadap buku Notulen Bataviach Genoot Schap yang ditulis oleh orang Belanda bernama Vorderman tahun 1893. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa di Desa Cangkuang terdapat makam kuna Arif Muhammad dan sebuah arca siwa. Penelitian tahun 1967/1968 dengan cara penggalian di sekitar daerah tersebut menemukan pondasi kaki candi dan serakan batu bahkan oleh penduduk digunakan sebagai nisan makam. 
Pada tahun 1974 -1976 dilakukan pemugaran (rekonstruksi) bangunan candi yang dilaksanakan oleh proyek Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional Depdikbud dan hasilnya seperti sekarang ini dan makam Arif Muhammad yang terletak di sebelah candi. Pemugaran dilakukan berdasarkan sisa pondasi dan sejumlah temuan lepas. Temuan batu-batu asli ± 20 % memang sangat terbatas, tetapi cukup mewakili  bagian-bagian candi. Candi selesai dipugar dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 8 Desember 1976.
Candi Cangkuang berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 4,5 m, lebar 4,5 m dan tinggi 8,5 meter dengan sebuah pintu masuk ke bilik utama di sisi timur. Candi terbuat dari batu andesit polos. Secara keseluruhan candi ini terdiri atas kaki, badan, dan atap. Kaki candi memiliki tangga yang diapit oleh dua pipi tangga menuju badan candi. Pada badan, terdapat bilik candi dengan arca Siwa dalam posisi duduk di punggung lembu (Nandi) dengan kaki kiri dilipat ke muka perut, kedua tangan arca patah, dibuat dari batu andesit, dengan tinggi 40 cm. Temuan arca Siwa yang merupakan dewa dalam Agama Hindu, menunjukan bahwa pembangunan candi untuk tempat pemujaan masyarakat yang beragama Hindu. Diduga oleh beberapa ahli bahwa candi dibangun pada abad ke-8 M, yang merupakan mata rantai yang hilang dari penemuan Candi Jiwa di Karawang (Abad ke-4), Candi di Wonosobo dan candi di Ambarawa pada abad ke-7 dan ke-8 M. Atap candi terdiri dari atas 4 tingkat yang bentuknya mengecil ke atas dengan kemuncak tunggal di atasnya. 
Arief Muhammad merupakan tokoh penyebar Agama Islam di daerah tersebut (Ani Rostiyati, 1996:70-73). Arif Muhammad semula senapati Kesultanan Mataram Islam yang terletak di Yogyakarta, yang ditugaskan oleh Sultan Agung untuk menyerang dan mengusir VOC/Kompeni di Batavia di bawah pimpinan J.P. Coen,  pada abad ke 17 M. Usaha penyerangan tersebut gagal, pasukan Mataram Islam mengalami kekalahan. Dengan kekalahan tersebut Arif Muhammad tidak pulang ke daerah asalnya di Yogyakarta, melainkan melarikan diri ke daerah pedalaman priangan, tepatnya di daerah Leles, Garut. Selanjutnya Arif Muhammad menetap dan menyebarkan Agama Islam kepada masyarakat setempat yang kemungkinan besar menganut agama Hindu. Hal tersebut biasa dilihat dari adanya bangunan candi Hindu. Usaha mengislamkan penduduk setempat berhasil dan hingga sekarang seluruh penduduk setempat secara nominal beragama Islam.
Arif Muhammad membentuk keluarga dengan menikahi wanita setempat serta memperoleh enam anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Setelah meninggal, Arif Muhammad dimakamkan di dekat candi Cangkuang.
Makam Arif Muhammad merupakan rekontruksi dari bentuk aslinya, ketika pemugaran Candi Cangkuang tahun 1976. Makam berdenah empat persegi panjang berukuran 260 x 126 x 80 cm, dengan nisan ganda berbentuk empat persegi panjang berukuran 46 x 25 x 6 cm dipasang saling berhadapan jaraknya 1 m. Makam ini banyak dikunjungi oleh masyarakat, namun ada larangan adat  yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh berziarah ke makam pada hari Rabu. Hari Rabu dipakai hanya untuk kegiatan mengaji, ceramah dan mempelajari ilmu agama Islam.    
Ditemukan pula kitab-kitab tulisan tangan yang ditulis di kertas yang terbuat dari kulit kayu pohon saeh, yaitu kitab tauhid, kitab jurumiah, kitab ilmu sufi, kitab fikih, ilmu bahasa, kitab doa, kitab khutbah Jum’at, dan Alm Qur’an. Kesemua kitab merupakan peninggalan Arif Muhammad yang sekarang disimpan di Museum Situs  Cangkuang, tidak jauh dari makam Arif Muhammad.

Lokasi:  Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten garut
Koordinat : 7º 06’ 067” S, 107º 55’168” E
Telepon:
Email:
Internet:
Arah:  Untuk mencapai Candi Cangkuang bisa naik bus atau elf jurusan Bandung-Garut, berhenti di alun-laun Leles, kemudian dilanjutkan dengan naik delman atau ojeg, atau berjalan kaki sejauh 3 Km. - See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=109&lang=id#sthash.XgfAlHJf.dpuf
Candi Cangkuang
Situs Karangkamulyan merupakan situs dari masa Hindu-Buddha dengan koordinat 7°20,84'S 108°29,376'E. Diperkirakan situs ini merupakan peninggalan masa Kerajaan Galuh. Situs Karangkamulyan berada di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing. Komplek situs berupa hutan yang luasnya 25,5 hektar berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan Ciamis – Banjar. Batas situs di sebelah utara adalah jalan raya, sebelah timur Sungai Cimuntur, selatan Sungai Citanduy, dan barat rest area.
Kapan situs ini ditemukan tidak diketahui secara pasti. Masyarakat setempat menyebutkan bahwa sejak sekitar tahun 1700 komplek ini sudah sering dikunjungi untuk berbagai maksud. Namun demikian inventarisasi benda-benda purbakala yang dilakukan oleh N.J. Krom pada tahun 1914 tidak menyebutkan adanya komplek Karangkamulyan.
Komplek situs Karangkamulyan sekarang merupakan objek wisata budaya yang sudah tertata rapi. Gerbang masuk utama terdapat di bagian barat. Pada bagian ini tersedia lahan parkir yang cukup luas dilengkapi fasilitas warung makanan yang berjajar rapi di bagian timur halaman parkir. Di sebelah selatan halaman parkir masih terdapat halaman cukup luas yang pada bagian barat berdiri fasilitas masjid yang cukup megah. Untuk memasuki komplek Karangkamulyan melalui pintu masuk yang terdapat di sisi timur halaman belakang tempat parkir. Dengan melalui jalan tanah yang terpelihara bersih beberapa situs dengan mudah dan nyaman dapat dijangkau. Di dalam komplek situs tersebut terdapat beberapa objek.
a) Pangcalikan
Pertama kali yang dijumpai dari pintu masuk situs ke arah timur yaitu Situs Pangcalikan. Situs ini berupa lahan yang telah diberi pagar besi. Situs Pangcalikan terdiri tiga halaman masing-masing dibatasi susunan batu dengan ketinggian sekitar 1 m lebar 0,35 m. Halaman pertama terletak di sebelah selatan. Halaman kedua terdapat di sebelah utara halaman pertama. Selanjutnya halaman ketiga terdapat di sebelah utara halaman kedua. 
Pada halaman ketiga ini terdapat bangunan cungkup tanpa dinding tetapi diselubungi vitrage putih. Tinggalan yang ada berupa batu putih tufaan berukuran 92 x 92 cm dengan tinggi keseluruhan 48 cm. Batu ini oleh masyarakat disebut pangcalikan. Di sebelah selatan batu ini berjajar tiga buah batu datar dari bahan andesitik. Di sebelah barat daya batu pangcalikan terdapat sekumpulan batu satu diantaranya berbentuk bulat panjang.
b) Sipatahunan, Sanghyang Bedil dan Panyabungan Hayam
Melalui jalan tanah ke arah timur terdapat simpang empat. Simpang empat ini ke arah utara menuju Sipatahunan dan ke arah selatan menuju Situs Sanghyang Bedil dan Panyabungan Hayam. Sipatahunan adalah salah satu bagian tepian Citanduy yang landai. Di sini tidak terdapat objek arkeologi.
Situs Sanghyang Bedil berupa bangunan susunan batu berbentuk segi empat. Pada sisi selatan terdapat celah tembok sebagai jalan masuk. Di tengah lahan terdapat 2 batu panjang dalam keadaan patah. Sebuah batu dalam posisi tegak dan yang satunya lagi roboh. Batu yang roboh ini disebut Sanghyang Bedil karena bentuknya mirip senapan (bedil).
Di sebelah selatan Situs Sanghyang Bedil terdapat lahan yang disebut Panyabungan Hayam. Halaman ini berbentuk melingkar yang di tengahnya terdapat pohon bungur. Pada sisi utara terdapat tatanan batu.
c) Lambang Peribadatan
Menyusuri jalan tanah ke arah utara kemudian berbelok ke timur akan dijumpai batu Lambang Peribadatan. Batu ini berada pada halaman yang dibatasi susunan batu berbentuk bujur sangkar. Jalan masuk berada di sisi timur. Di tengah halaman terdapat batu berdiri berbentuk segi empat panjang, dikelilingi susunan batu bulat. Batu berdiri tersebut dahulu (tahun 1960-an) ditemukan di sebelah utara lokasi sekarang pada jarak sekitar 10 m. Dengan berbagai pertimbangan kemudian didirikan di lokasi sekarang dan dibuatkan pagar dari susunan batu sebagaimana objek yang lain.
d) Cikahuripan
Menyusuri jalan tanah ke arah timur akan sampai di Cikahuripan. Cikahuripan merupakan pertemuan dua sungai kecil yang bernama Citeguh dan Cirahayu. Kondisi Cikahuripan yang ada sekarang merupakan tempat mandi untuk keperluan tertentu. Bangunan yang ada merupakan bangunan baru dengan dilengkapi berbagai fasilitas misalnya tempat sholat.
e) Panyandaan dan Makam Sri Bhagawat Pohaci 
Ke arah timur dari Cikahuripan terdapat susunan batu berbentuk persegi yang menyerupai tembok batu. Pada sisi timur terdapat celah sebagai jalan masuk. Di tengah struktur batu keliling terdapat batu berdiri dan batu datar berbentuk segitiga yang dikelilingi susunan batu kecil. Situs ini disebut Panyandaan.
Di depan Situs Panyandaan terdapat tiga buah batu berdiri yang salah satunya dalam posisi condong. Di sekitar batu berdiri ini terdapat sebaran batu-batu bulat. Objek ini dipercaya sebagai makam Sri Bhagawat Pohaci.
f) Pamangkonan 
Situs Pamangkonan terletak jauh di sebelah selatan Situs Panyandaan atau di sebelah timur Situs Pangcalikan. Objek berupa susunan batu berbentuk persegi. Pada sisi timur terdapat celah sebagai jalan masuk. Di tengah objek terdapat susunan batu-batu bulat mengelilingi salah satu batu. Batu ini juga disebut Sanghyang Inditinditan dahulu ditemukan di Sungai Citanduy.
g) Makam Adipati Panaekan
Jalan dari Pamangkonan ke arah tenggara terdapat makam Adipati Panaekan. Objek yang ada berupa tatanan batu bersusun melingkar. Di tengah susunan batu tersebut terdapat makam. Adipati Panaekan adalah tokoh yang menurunkan bupati pertama Ciamis.
h) Fetur Parit dan Benteng 
Selain beberapa objek sebagaimana disebutkan terdahulu, di komplek Karangkamulyan terdapat fetur parit. Parit ini dijumpai di sebelah barat halaman parkir dan di sekeliling situs inti. Jejak parit kuna di sebelah barat halaman parkir tepatnya terletak pada batas situs sekarang dengan kawasan rest area. Parit tersebut membujur utara-selatan menghubungkan antara Sungai Citanduy dengan Sungai Cimuntur. Keadaan parit di sebelah selatan jalan raya sudah tidak begitu tampak. Sedangkan di sebelah utara jalan raya masih jelas keadaannya. Lebar parit yang ada sekitar 10 m dengan kedalaman sekitar 2 m.
Situs Karangkamulyan (Zona I), dikelilingi oleh parit kuna yang memiliki lebar bervariasi 0,5-1,5 meter, sebagian tertutup oleh semak. Pada sisi luar parit di sebelah terdapat gundukan tanah membentuk benteng membujur utara-selatan, dengan tinggi sekitar 2 m dengan lebar bervariasi antara 3 hingga 4 m. Dilihat dari jejak-jejak yang ada, benteng ini juga berlanjut hingga tepi Sungai Cimuntur. Berdasarkan temuan keramik asing menunjukkan berasal dari sekitar abad ke-10 – 17.
Peninggalan di situs Karangkamulyan dihubungkan dengan legenda Ciung Wanara. Disebutkan ketika Prabu Adimulya Permanadikusuma memerintah Galuh, berkehendak untuk menjalani hidup sebagai pertapa. Untuk mewujudkan keinginan itu, pemerintahan Galuh diserahkan kepada Prabu Bondan Sarati. Prabu Adimulya Permanadikusuma memulai kehidupan sebagai pertapa bergelar Pandita Ajar Sukaresi.
Galuh di bawah pemerintahan Prabu Bondan Sarati tidak lagi makmur. Rakyat sangat menderita karena raja memerintah dengan sewenang-wenang. Diam-diam raja ingin melenyapkan Pandita Ajar Sukaresi. Di pertapaan, Ajar Sukaresi terus menerus melatih kesktian. Hingga akhirnya kesaktian Ajar Sukaresi terkenal di mana-mana. Melihat keadaan seperti ini Bondan Sarati tidak merasa senang tetapi merasa sebaliknya.
Dengan dalih ingin mengetahui kesaktian Ajar Sukaresi, Bondan Sarati meminta kepada Ajar Sukaresi untuk menebak isi kandungan Dewi Naganingrum, istri Ajar Sukaresi, yang sebenarnya tidak mengandung. Ajar Sukaresi tahu bahwa Dewi Naganingrum tidak mengandung, namun ia mengatakan bahwa Dewi Naganingrum mengandung bayi laki-laki yang kelak akan menyaingi Bondan Sarati.
Bondan Sarati gusar dan memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Ajar Sukaresi. Tidak ada prajurit yang berhasil membunuhnya bahkan selalu mendapat celaka. Kandungan Dewi Naganingrum semakin terlihat. Bondan Sarati semakin gusar. Untuk mencegah ramalan Ajar Sukaresi, Dewi Naganingrum dibuang di hutan. Raja berpesan kepada Paman Lengser jika Dewi Naganingrum benar-benar melahirkan bayi laki-laki maka bayi itu harus dibunuh.
Ketika saatnya tiba Dewi Naganingrum benar melahirkan bayi laki-laki. Paman Lengser tidak tega membunuhnya. Bayi itu kemudian dimasukkan ke dalam peti dengan dibekali telur dan keris kemudian dihanyutkan di Sungai Citanduy. Untuk memberi bukti kepada raja, Paman Lengser membunuh anak anjing dan darahnya diperlihatkan kepada raja.
Bayi yang dihanyutkan ditemukan oleh nelayan yang bernama Aki Balangantrang dan kemudian dirawat dan diasuhnya. Telur ayam yang menyertainya juga dirawat yang kemudian menetas jadi ayam jantan. Selama dalam asuhan Aki Balangantrang bayi tersebut disembunyikan di Geger Sunten. Anak yang diasuh Aki Balangantrang suatu saat diajak ke hutan untuk belajar berburu. Di hutan menjumpai burung ciung dan kera (wanara). Anak asuh Aki Balangantrang sangat terkesan dan meminta kepada Aki Balangantrang supaya dirinya diberi nama Ciungwanara.
Berkat asuhan Aki Balangantrang, Ciungwanara tumbuh menjadi seorang dewasa yang cerdas dan tangkas. Ketika itu di Galuh sedang marak perjudian sabung ayam. Ayam jantan yang menyertai bayi Ciungwanara juga tumbuh menjadi ayam aduan yang tangguh. Kecerdasan Ciungwanara dan ketangguhan ayam jantannya terdengar oleh Bondan Sarati. Raja Galuh ini mulai gusar. Ia memerintahkan membunuh Ciungwanara dengan siasat mengadakan sayembara sabung ayam. Direncanakan ketika berlangsung sabung ayam Ciungwanara dibunuh.
Sayembara sabung ayam yang diselenggarakan Bondan Sarati hadiahnya bagi yang bisa mengalahkan ayam raja berupa separuh wilayah Kerajaan Galuh. Mendengar berita itu, Ciungwanara tidak segan-segan memanfaatkan kesempatan. Ketika terjadi pertempuran antara ayam Ciungwanara dan ayam Bondan Sarati, Ciungwanara selalu waspada, sehingga terhindar dari usaha pembunuhan. Akhirnya ayam Ciungwanara dapat mengalahkan ayam raja.
Atas kekalahannya dalam sabung ayam, Bondan Sarati ingkar janji untuk memberikan separoh wilayah kerajaan. Bahkan memerintahkan rakyat membuat kerangkeng untuk menangkap Ciungwanara. Ketika kerangkeng sudah siap Bondan Sarati memeriksanya. Ketika itu pula Ciungwanara beraksi menutup kerangkeng. Prabu Bondan Sarati terjebak di dalamnya dan tidak bisa keluar selama-lamanya. Melihat peristiwa ini seluruh rakyat Galuh bersuka cita. Kesengsaraan yang mereka derita selama ini terbalaskan. Ciungwanara kemudian diangkat menjadi raja di Galuh.
Situs ini sangat cocok dijadikan objek wisata karena berada di jalur jalan utama yang menghubungkan Jawa Barat – Jawa Tengah. Pada sektor kepurbakalaan pemanfaatannya sudah dilakukan namun masih perlu adanya peningkatan. Sebagai peninggalan purbakala seharusnya informasi tentang kepurbakalaan itu sendiri yang perlu diangkat. Legenda yang melatarbelakanginya terasa lebih mendominir bila dibandingkan dengan aspek peninggalan purbakalanya. Keberadaan “rumah informasi” perlu ditingkatkan fungsinya. Lain dari pada itu, situs Karangkamulyan masih menyimpan potensi yang berkaitan dengan keanekargaman hayati yang ada di situs tersebut. Kera yang hidup di hutan dan berbagai jenis tumbuhan dapat dijadikan daya tarik tersendiri. 
Lokasi: Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing
Koordinat : 7°20,84'S, 108°29,376'E
Telepon:
Email:
Internet:
Arah:
Fasilitas: lahan parkir, warung makanan, masjid.
Jam Buka:
Tutup:
Tiket:
Informasi Lebih Lanjut: - See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=126&lang=id#sthash.gNGbZeOT.dpuf